1. RINGKASAN TEORI
Pada dasarnya semua bahan memiliki
sifat resistif namun beberapa bahan seperti tembaga, perak, emas dan bahan
metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan-bahan tersebut
menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan
dari bahan yang konduktif, yaitu bahan material seperti karet, gelas, karbon
memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron sehingga disebut
sebagai isolator.
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang selalu
digunakan dalam setiap rangkaian elektronika karena bisa berfungsi sebagai
pengatur atau untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian.
Dengan resistor, arus listrik dapat didistribusikan sesuai dengan kebutuhan.
Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan
karbon. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan
dengan simbol Ω
(Omega).
Di dalam rangkaian elektronika,
resistor dilambangkan dengan huruf "R". Dilihat dari bahannya, ada
beberapa jenis resistor yang ada dipasaran antara lain : Resistor Carbon,
Wirewound, dan Metalfilm. Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah nilai
resistansinya antara lain : Potensiometer, Rheostat dan Trimmer (Trimpot).
Selain itu ada juga Resistor yang nilai resistansinya berubah bila terkena cahaya namanya LDR (Light Dependent Resistor) dan resistor yang nilai resistansinya akan bertambah besar bila
terkena suhu panas yang namanya PTC (Positive Thermal Coefficient) serta resistor yang nilai resistansinya akan bertambah kecil bila
terkena suhu panas yang namanya NTC (Negative Thermal Coefficient).
Untuk resistor jenis carbon maupun metalfilm biasanya
digunakan kode-kode warna sebagai petunjuk besarnya nilai resistansi (tahanan)
dari resistor. Resistor ini mempunyai bentuk seperti tabung dengan dua kaki di
kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin kode warna,
kode ini untuk mengetahui besar resistansi tanpa harus mengukur besarnya dengan
ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh
EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada
tabel 1.1.
4 cincin
5 cincin
Tabel 1.1 Nilai warna pada cincin resistor
Warna Cincin
|
Cincin I
|
Cincin
II
|
Cincin III
|
Cincin
IV
|
Cincin V
|
|
Pengali
|
Toleransi
|
|
||||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Hitam
|
0
|
0
|
0
|
x 1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Coklat
|
1
|
1
|
1
|
x 101
|
± 1 %
|
|
Merah
|
2
|
2
|
2
|
x 102
|
± 2 %
|
|
Jingga
|
3
|
3
|
3
|
x 103
|
|
|
Kuning
|
4
|
4
|
4
|
x 104
|
|
|
Hijau
|
5
|
5
|
5
|
x 105
|
|
|
Biru
|
6
|
6
|
6
|
x 106
|
|
|
Ungu
|
7
|
7
|
7
|
x 107
|
|
|
Abu- abu
|
8
|
8
|
8
|
x 106
|
|
|
Putih
|
9
|
9
|
9
|
x 109
|
|
|
Emas
|
|
|
|
x 0,1
|
± 5 %
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perak
|
|
|
|
x 0,01
|
± 10 %
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tanpa warna
|
|
|
|
|
± 20 %
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Besaran
resistansi suatu resistor dibaca dari posisi cincin yang paling depan ke arah
cincin toleransi. Biasanya posisi cincin toleransi ini berada pada badan
resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol,
sedangkan posisi cincin yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian
pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut.
Kalau kita telah bisa menentukan mana cincin yang pertama selanjutnya adalah
membaca nilai resistansinya.
Jumlah
cincin yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya.
Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 cincin (tidak
termasuk cincin toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2%
(toleransi kecil) memiliki 4 cincin (tidak termasuk cincin toleransi). Cincin
pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan
cincin terakhir adalah faktor pengalinya.
Misalnya
resistor dengan cincin kuning, violet, merah dan emas. Cincin berwarna emas
adalah cincin toleransi. Dengan demikian urutan warna cincin resistor ini
adalah, cincin pertama berwarna kuning, cincin kedua berwarna violet dan cincin
ke tiga berwarna merah. Cincin ke empat yang berwarna emas adalah cincin
toleransi. Dari tabel 1.1 diketahui jika cincin toleransi berwarna emas,
berarti resistor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansinya dihitung sesuai
dengan urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan
dari resistor ini. Karena resistor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga
cincin selain cincin toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh cincin
pertama dan cincin kedua. Masih dari tabel 1.1, diketahui cincin kuning
nilainya = 4 dan cincin violet nilainya = 7. Jadi cincin pertama dan ke dua
atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47. Cincin ketiga
adalah faktor pengali, dan jika warna cincinnya merah berarti faktor pengalinya
adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut
adalah nilai satuan x faktor pengali atau 47 x 100 = 4700 Ohm = 4,7K Ohm (pada
rangkaian elektronika biasanya di tulis 4K7 Ohm) dan toleransinya adalah +
5%. Arti dari toleransi itu sendiri adalah batasan nilai resistansi minimum dan
maksimum yang di miliki oleh resistor tersebut. Jadi nilai sebenarnya dari
resistor 4,7k Ohm + 5% adalah :
4700 x 5% = 235
Jadi,
Rmaksimum
= 4700 + 235 = 4935 Ohm
Rminimum = 4700 – 235 = 4465 Ohm
Apabila resistor di atas di ukur dengan menggunakan ohmmeter
dan nilainya berada pada rentang nilai maksimum dan minimum (4465 s/d 4935)
maka resistor tadi masih memenuhi standar. Nilai toleransi ini diberikan oleh
pabrik pembuat resistor untuk mengantisipasi karakteristik bahan yang tidak
sama antara satu resistor dengan resistor yang lainnya sehingga para desainer
elektronika dapat memperkirakan faktor toleransi tersebut dalam rancangannya.
Semakin kecil nilai toleransinya, semakin baik kualitas resistornya. Sehingga
dipasaran resistor yang mempunyai nilai toleransi 1% (contohnya : resistor
metalfilm) jauh lebih mahal dibandingkan resistor yang mempunyai toleransi 5%
(resistor carbon)
Spesifikasi lain yang perlu
diperhatikan dalam memilih resistor pada suatu rancangan selain besar
resistansi adalah besar watt-nya atau daya maksimum yang mampu ditahan oleh
resistor. Karena resistor bekerja dengan di aliri arus listrik, maka akan
terjadi disipasi daya berupa panas sebesar :
..........................................................................
|
W = I2R watt
|
|
(1.1)
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Semakin besar ukuran fisik suatu resistor, bisa menunjukkan
semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Umumnya di pasar
tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1/2, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki
disipasi daya maksimum 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk balok memanjang
persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder dan
biasanya untuk resistor ukuran besar ini nilai resistansi di cetak langsung
dibadannya tidak berbentuk cincin-cincin warna, misalnya 100Ω5W atau 1KΩ10W.
Dilihat dari fungsinya, resistor dapat
dibagi menjadi :
1. Resistor Tetap (Fixed Resistor)
Yaitu resistor yang nilainya tidak dapat berubah, jadi
selalu tetap (konstan). Resistor ini biasanya dibuat dari nikelin atau karbon.
Berfungsi sebagai pembagi tegangan, mengatur atau membatasi arus pada suatu
rangkaian serta memperbesar dan memperkecil tegangan.
2. Resistor Tidak Tetap (variable resistor)
Yaitu
resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle
pada alat tersebut, sehingga nilai resistor dapat kita
tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berfungsi sebagai pengatur
volume (mengatur besar kecilnya arus), tone control pada sound system, pengatur
tinggi rendahnya nada (bass/treble) serta berfungsi sebagai pembagi tegangan
arus dan tegangan.
3. Resistor NTC dan PTC.
NTC (Negative Temperature Coefficient), yaitu
resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas. Sedangkan
PTC (Positive Temperature Coefficient), yaitu resistor yang
nilainya akan bertambah besar bila temperaturnya menjadi dingin.
4. Resistor LDR
LDR (Light Dependent Resistor) yaitu jenis resistor
yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila terkena cahaya gelap
nilai tahanannya semakin besar, sedangkan bila terkena cahaya terang nilainya menjadi
semakin kecil.
2. RANGKAIAN RESISTOR
Dalam praktek para desainer
kadang-kadang membutuhkan resistor dengan nilai tertentu. Akan tetapi nilai
resistor tersebut tidak ada di toko penjual, bahkan pabrik sendiri tidak
memproduksinya. Solusi untuk mendapatkan suatu nilai resistor dengan resistansi
yang unik tersebut dapat dilakukan dengan cara merangkaikan beberapa resistor
sehingga didapatkan nilai resistansi yang dibutuhkan. Ada dua cara untuk
merangkaikan resistor, yaitu :
1.
Cara Serial
2.
cara Paralel
Rangkaian
resistor secara serial akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar.
Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara serial.
Pada rangkaian resistor serial berlaku rumus :
...................................................................
|
RTOTAL = R1 + R2 + R3
|
|
(1.2)
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
Sedangkan rangkaian resistor secara paralel akan
mengakibatkan nilai resistansi pengganti semakin kecil.
Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara paralel.
Pada rangkaian resistor paralel berlaku rumus :
...................................................................
1
|
=
|
1
|
|
+
|
1
|
+
|
1
|
(1.3)
|
|
|
|
|
|
|
|||||
RTOTAL
|
|
R1
|
|
R2
|
R3
|
||||
|
|
|
|
3. Nilai-nilai standar resistor
Tidak semua nilai resistansi tersedia
di pasaran. Tabel 1.2 adalah contoh tabel nilai resistansi resistor standard
yang beredar dipasaran. Data mengenai resistor yang ada di pasaran bisa didapat
dari Data Sheet yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat resistor.
Tabel 1.2 Nilai standard resistor
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1R0
|
|
10R
|
|
100R
|
|
1K0
|
|
10K
|
|
100K
|
|
1M0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1R1
|
|
11R
|
|
110R
|
|
1K1
|
|
11K
|
|
110K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1R2
|
|
12R
|
|
120R
|
|
1K2
|
|
12K
|
|
120K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1R3
|
|
13R
|
|
130R
|
|
1K3
|
|
13K
|
|
130K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1R5
|
|
15R
|
|
150R
|
|
1K5
|
|
15K
|
|
150K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1R6
|
|
16R
|
|
160R
|
|
1K6
|
|
16K
|
|
160K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1R8
|
|
18R
|
|
180R
|
|
1K8
|
|
18K
|
|
180K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2R0
|
|
20R
|
|
200R
|
|
2K0
|
|
20K
|
|
200K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2R2
|
|
22R
|
|
220R
|
|
2K2
|
|
22K
|
|
220K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2R4
|
|
24R
|
|
240R
|
|
2K4
|
|
24K
|
|
240K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2R7
|
|
27R
|
|
270R
|
|
2K7
|
|
27K
|
|
270K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3R0
|
|
30R
|
|
300R
|
|
3K0
|
|
30K
|
|
300K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3R3
|
|
33R
|
|
330R
|
|
3K3
|
|
33K
|
|
330K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3R6
|
|
36R
|
|
360R
|
|
3K6
|
|
36K
|
|
360K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3R9
|
|
39R
|
|
390R
|
|
3K9
|
|
39K
|
|
390K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4R3
|
|
43R
|
|
430R
|
|
4K3
|
|
43K
|
|
430K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4R7
|
|
47R
|
|
470R
|
|
4K7
|
|
47K
|
|
470K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5R1
|
|
51R
|
|
510R
|
|
5K1
|
|
51K
|
|
510K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5R6
|
|
56R
|
|
560R
|
|
5K6
|
|
56K
|
|
56OK
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6R2
|
|
62R
|
|
620R
|
|
6K2
|
|
62K
|
|
620K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6R8
|
|
68R
|
|
680R
|
|
6K8
|
|
68K
|
|
680K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7R5
|
|
75R
|
|
750R
|
|
7K5
|
|
75K
|
|
750K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8R2
|
|
82R
|
|
820R
|
|
8K2
|
|
82K
|
|
82OK
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9R1
|
|
91R
|
|
910R
|
|
9K1
|
|
91K
|
|
910K
|
|
n/a
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Di bawah ini beberapa rumus (Hukum
Ohm) yang sering dipakai dalam perhitungan elektronika :
Di mana :
V = tegangan dengan satuan Volt
I = arus dengan satuan Ampere
R = resistansi dengan satuan Ohm
P = daya dengan satuan Watt
Konversi satuan :
1 Ohm = 1 Ω
1 K Ohm = 1 K Ω
1 M Ohm = 1 M Ω
1 K Ω = 1.000 Ω
1 M Ω = 1.000 K Ω
1 M Ω = 1.000.000 Ω
(M = Mega (106); K = Kilo (103))
No comments:
Post a Comment